SPORT SCIENCE
Jumat, 16 November 2012
Sabtu, 03 November 2012
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
Membahas olahraga di pendidikan tidak lepas dari pendidikan jasmani dan kesehatan yang digunakan di Indonesia. Ada yang berpendapat bahwa olahraga dan pendidikan jasmani merupakan dua istilah yang mempunyai satu pengertian yang sama, apabila ada perbedaan hanya pada intensitasnya. Pendapat lain mengatakan berbeda
Menurut
UNESCO lewat ICSPE Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan
seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan
secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani, dalam rangka
memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani pertumbuhan
kecerdasan dan pembentukan watak
Pendidikan Jasmani dan
Olahraga merupakan aktivitas fisik dan dapat berupa permainan. Tujuannya tidak
sama akan tetapi dalam bagian tertentu menunjukan kaitan satu sama
lain
Berdasarkan dokumen yang resmi, Pendidikan Jasmani (physical education) digunakan untuk kalangan pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan Olahraga (Sport) untuk kegiatan di luar pendidikan yang berorientasi pada peningkatan prestasi melalui pertandingan dan perlombaan.
Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Penjas-Or) merupakan bagian dari kurikulum standar Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah. Dengan pengelolaan yang tepat, maka pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan Jasmani, Rohani dan Sosial Peserta didik tidak pernah diragukan.Pendidikan Jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera Rohani (melalui kegiatan jasmani), yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani.
Olahraga adalah kegiatan pelatihan jasmani, yaitu kegiatan jasmani untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan gerak dasar maupun gerak ketrampilan (kecabangan olahraga).
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam pikiran dan tubuh yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistic tubuh jiwa ini termaksud pula penekanan pada ketiga domain kependidikan, psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa”. Artinya, dalam tubuh yang baik “diharapkan” pula jiwa yang sehat, seperti dengan pepatah “men sana in corporesano” Akan tetapi, apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan asmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominant dalam masyarakat kita atau diantara pengembang tugas penjas sendiri. Masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani disekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas disekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang lebih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani dikita masih tidak ditekankan kemana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali.
Sumber: http://berachunk-amrank.blogspot.com/2012/06/perbedaan-antara-pendidikan-jasmani.html
Kondisi Nyata Pendidikan Jasmani
Peran dan kedudukan pendidikan jasmani di sekolah tidak dapat berjalan sesuai dengan kaidah-kaidah penjas. Karena sebagian besar warga sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah, dan Siswa) masing menganggap bahwa mata pelajaran penjas hanyalah sebagai matapelajaran pelengkap saja (bukan yang diuji-nasionalkan, sehingga tidak atau kurang penting). Akibatnya perhatian dari warga sekolah kurang bagus.
Selain itu, mata pelajaran penjas selalu diidentikan dengan prestasi. Dengan kata lain yang prestasi “olahraga”nya jelek berarti penjasnya juga tidak bagus. Alat dan fasilitas yang diberikan juga kurang memadai (masih sangat kurang). Selama ini upaya yang dilakukan, baik Kepala Sekolah, guru maupun siswa, tidak begitu nyata. Masalah penting lain yang dihadapi penjas sekarang ini adalah sebagian siswa dan orangtua bahkan masyarakat menganggap peranan penjas tidak begitu penting, mereka lebih mementingkan ikut privat atau less bidang studi seperti Bahasa Inggris, Matematika, daripada mengutamakan anaknya latihan di klub olahraga.
Pelaksanaan penjas di dalam matapelajaran yang jarak lapangannya kurang lebih 400 m dari sekolah, adapun lapangan di sekolah, kadang tidak memungkinkan untuk dipakai sekaligus oleh 3 orang guru penjas. Jam pelajaran kadang sampai jam terakhir, yang kadang membuat anak cepat lelah dan malas berolahraga. Secara umum, unsur sekolah masih menganggap bahwa matapelajaran pendidikan jasmani hanya sebagai matapelajaran nomor sepuluh, yang utama adalah matapelajaran yang di ujian nasional-kan. Namun demikian, matapelajaran pendidikan jasmani oleh kepala sekolah, guru-guru non pendidikan jasmani, orangtua, atau siswa masih dianggap lebih penting dibandingkan dengan matapelajaran muatan lokal. Karena matapelajaran pendidikan jasmani dapat mengangkat nama baik sekolah lewat prestasi siswanya di bidan olahraga seperti dalam kegiatan POPDA baik tingkat provinsi, kabupaten maupun pertandingan inter-sekolah. Ini berarti olahraga pendidikan di sekolah masih dianggap sebagai olahraga prestasi.
Fenomena pembelajaran pendidikan olahraga di sekolah terbagi kedalam dua kategori. Pertama, olahraga dalam bentuk sport yang kemudian dikembangkan menjadi sports skills (keterampilan teknik cabang olahraga). Olahraga sebagai bentuk keterampilan teknik kecabangan olahraga disampaikan kepada siswa dalam bentuk pelatihan, pengulangan, dan pembiasaan, dengan harapan para siswa mampu dan menguasai berbagai teknik kecabangan olahraga. Proses ini diharapkan mengantarkan para siswa bisa memiliki keterampilan tinggkat tinggi, yang kemudian berakhir pada tingkat pencapaian prestasi, para siswa menjadi pemenang dan juara di berbagai pertandingan olahraga.
Kedua, penyelenggaraan pendidikan jasmani yang berakar dari filosofi gerak insani, yang diwujudkan kedalam bentuk berbagai aktivitas jasmani. Manipulasi aktivitas jasmani ini perlu menyebabkan para siswa mengalami proses belajar-mengajar. Orientasi belajar-mengajar inilah yang menjadi perhatian sehingga bisa memunculkan tingkat kebugaran fisikal, penguasaan keterampilan, pengetahuan dan pemahaman, keterampilan sosial, dan sikap serta apresiasi terhadap peranan dan keterampilan sehingga mengantarkan para siswa bisa membekali diri untuk beraktivitas jasmani sepanjang hayat. Kebisaan, pengetahuan, dan sikap sosial inilah yang menjadi orientasi sehingga para siswa memiliki kemampuan memelihara dan meningkatkan kualitas hidup. Berbagai aktivitas jasmani atau olahraga yang dilakukan siswa sepanjang hidupnya diharapkan mampu mengantarkan siswa memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Dua fenomena inilah yang menjiwai pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah. Orientasi utama pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah diarahkan pada pembekalan kecakapan hidup melalui belajar olahraga atau aktivitas jasmani, mengantarkan siswa mampu mengatasi segala tantangan aktivitas jasmani di lingkungannya. Fenomena pendidikan olahraga perlu diarahkan pada model mutakhir olahraga sebagai bukan hanya bermakna keuntungan biologis-tubuh, nilai-nilai pedagogis, tetapi secara terpadu dan konstruktif guru dan siswa membangun bahtera belajar olahraga bagi kepentingan pencapaian tujuan pendidikan.
Selain itu, mata pelajaran penjas selalu diidentikan dengan prestasi. Dengan kata lain yang prestasi “olahraga”nya jelek berarti penjasnya juga tidak bagus. Alat dan fasilitas yang diberikan juga kurang memadai (masih sangat kurang). Selama ini upaya yang dilakukan, baik Kepala Sekolah, guru maupun siswa, tidak begitu nyata. Masalah penting lain yang dihadapi penjas sekarang ini adalah sebagian siswa dan orangtua bahkan masyarakat menganggap peranan penjas tidak begitu penting, mereka lebih mementingkan ikut privat atau less bidang studi seperti Bahasa Inggris, Matematika, daripada mengutamakan anaknya latihan di klub olahraga.
Pelaksanaan penjas di dalam matapelajaran yang jarak lapangannya kurang lebih 400 m dari sekolah, adapun lapangan di sekolah, kadang tidak memungkinkan untuk dipakai sekaligus oleh 3 orang guru penjas. Jam pelajaran kadang sampai jam terakhir, yang kadang membuat anak cepat lelah dan malas berolahraga. Secara umum, unsur sekolah masih menganggap bahwa matapelajaran pendidikan jasmani hanya sebagai matapelajaran nomor sepuluh, yang utama adalah matapelajaran yang di ujian nasional-kan. Namun demikian, matapelajaran pendidikan jasmani oleh kepala sekolah, guru-guru non pendidikan jasmani, orangtua, atau siswa masih dianggap lebih penting dibandingkan dengan matapelajaran muatan lokal. Karena matapelajaran pendidikan jasmani dapat mengangkat nama baik sekolah lewat prestasi siswanya di bidan olahraga seperti dalam kegiatan POPDA baik tingkat provinsi, kabupaten maupun pertandingan inter-sekolah. Ini berarti olahraga pendidikan di sekolah masih dianggap sebagai olahraga prestasi.
Fenomena pembelajaran pendidikan olahraga di sekolah terbagi kedalam dua kategori. Pertama, olahraga dalam bentuk sport yang kemudian dikembangkan menjadi sports skills (keterampilan teknik cabang olahraga). Olahraga sebagai bentuk keterampilan teknik kecabangan olahraga disampaikan kepada siswa dalam bentuk pelatihan, pengulangan, dan pembiasaan, dengan harapan para siswa mampu dan menguasai berbagai teknik kecabangan olahraga. Proses ini diharapkan mengantarkan para siswa bisa memiliki keterampilan tinggkat tinggi, yang kemudian berakhir pada tingkat pencapaian prestasi, para siswa menjadi pemenang dan juara di berbagai pertandingan olahraga.
Kedua, penyelenggaraan pendidikan jasmani yang berakar dari filosofi gerak insani, yang diwujudkan kedalam bentuk berbagai aktivitas jasmani. Manipulasi aktivitas jasmani ini perlu menyebabkan para siswa mengalami proses belajar-mengajar. Orientasi belajar-mengajar inilah yang menjadi perhatian sehingga bisa memunculkan tingkat kebugaran fisikal, penguasaan keterampilan, pengetahuan dan pemahaman, keterampilan sosial, dan sikap serta apresiasi terhadap peranan dan keterampilan sehingga mengantarkan para siswa bisa membekali diri untuk beraktivitas jasmani sepanjang hayat. Kebisaan, pengetahuan, dan sikap sosial inilah yang menjadi orientasi sehingga para siswa memiliki kemampuan memelihara dan meningkatkan kualitas hidup. Berbagai aktivitas jasmani atau olahraga yang dilakukan siswa sepanjang hidupnya diharapkan mampu mengantarkan siswa memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Dua fenomena inilah yang menjiwai pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah. Orientasi utama pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah diarahkan pada pembekalan kecakapan hidup melalui belajar olahraga atau aktivitas jasmani, mengantarkan siswa mampu mengatasi segala tantangan aktivitas jasmani di lingkungannya. Fenomena pendidikan olahraga perlu diarahkan pada model mutakhir olahraga sebagai bukan hanya bermakna keuntungan biologis-tubuh, nilai-nilai pedagogis, tetapi secara terpadu dan konstruktif guru dan siswa membangun bahtera belajar olahraga bagi kepentingan pencapaian tujuan pendidikan.
Sumber: http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/196509091991021-BAMBANG_ABDULJABAR/Peran_Pendidikan_Jasmani.pdf
Pentingnya Modifikasi Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Jasmani
Keterbatasan
tempat dan alat bukan menjadi alasan utama untuk tidak mengajarkan suatu cabang
olahraga tertentu pada peserta didik. Pengembangan kurikulum yang semakin
kompleks, menuntut guru untuk berpikir cerdas agar materi pembelajaran dapat
tersampaikan dengan baik.
Tujuan
modifikasi menurut Lutan (1988), adalah:
·
Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran
·
Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi
·
Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar
Sedangkan alasan
secara umum untuk modifikasi yaitu:
·
Keterbatasan sarana dan prasarana
·
Modifikasi digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan
dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan dengan berbagai
pertimbangan.
Anak mudah sekali jenuh dengan
kegiatan yang ada di sekitar lingkungannya. Terkadang Guru Penjas masih
meneruskan dengan model pembelajaran yang sama dan anak mudah sekali bosan
dengan hal yang itu-itu saja, namun kembali lagi kepada kreatifitas Guru Penjas
dalam melakukan modifikasi pembelajaran. Modifikasi dalam pendidikan tidak
hanya mencakup dalam jenis permainan dan peraturan, tetapi juga di dalamnya
jenis alat atau sarana dan prasarana.
Lalu apa yang dimodifikasi?
- Ukuran berat dan bentuk peralatan.
- Lapangan permainan.
- Waktu bermain atau lamanya permainan.
- Peraturan permainan atau jumlah pemain.
Dari modifikasi ini ternyata juga memunculkan suatu cabang
olahraga baru dan organisasi baru, misalnya adanya permainan Tonnis, yaitu
perpaduan antara Tenis dan Bulutangkis. Cara bermain seperti halnya tenis
lapangan tetapi menggunakan lapangan bulutangkis.
Menurut Ngasmain dan Soepartono(
1997 )
“Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk
kecil,kematangan fisik dan mental anak belum selengkap orangdewasa. Pendekatan pembelajaran pendidikan
jasmani selama ini kurang efektif, hanya
bersifat lateral dan monoton. Sarana dan prasarana pembelajaran
pendidikan jasmaniyang ada sekarang, hampir semuanya di desain untuk orang dewasa”. Jadi anak menjadi kurang bias menguasai.
Missal dalam cabang olahraga atletik lempar lembing, tidak mungkin anak usia
dini melakukan lemparan dengan lembing sungguhan. Tetapi sekarang ini telah
dibentuk alat olahraga atletik untuk anak ( Atletik KIT), untuk lempar lembing
anak dapat menggantikan lembing menggunakan turbo yang terbuat dari karet.
Terinspirasi dari: http://www.scribd.com/doc/85595103/Modifikasi-Or
Peranan Pendidikan Jasmani dalam pembentukan karakter yang baik
Kegiatan
pendidikan jasmani menekankan pada kesehatan, tentang olahraga.
Olahraga dan pendidikan jasmani tidak dapat dipisahkan yang saling
mempunyai keterkaitan antara olahraga dan pendidikan jasmani. Pembinaan
pengembagan olahraga merupakan bagian dari upaya meningkatkan kualitas
manusia Indonesia yang ditunjukkan pada peningkatan jasmani dan rohani,
pemupukan watak, disiplin, dan sportifitas, serta pengembangan prestasi
olahraga yang dapat membangkitakan rasa kebanggan nasional.
Sportifitas
dapat mengembangkan jiwa kejujuaran dan rasa kebersamaan antar sesama.
Kejujuran sangat diperlukan dalam perkembangan bangsa Indonesia yang
masih dinggap sebagai negara berkembang. Jadi, pendidikan jasmani
berperan dalam menentukan kepribadian manusia Indonesia. Pendidikan
jasmani mengajarkan tentang kesadaran lingkungan hidup, melestarikan
nilai-nilai kehidupan yang selalu dibutuhkan manusia. Pendidikan jasmani
dalam praktikumnya kebanyakan dilaksanakan berhubungan kontak langsung
dengan alam sekitar, udara juga merupakan salah satu komponen penting
dalam pelatihan pendidikan jasmani, kesegaran alam juga mempengaruhinya.
Dengan sering kontak langsung dengan alam, menumbuhkan sikap pecinta
alam dan melindungi alam planet bumi yang sekarang disebut-sebut
mengalami sakit parah dalam keadaan alamiahnya.
Dalam
pendidikan jasmani mempunyai strategi-strategi tertentu dalam
pembelajarannya, sehingga memberikan pola pikir lebih kritis dalam
pencapaian suatu tujuan. Strategi-strategi tersebut memiliki proses dan
sistematis yang jelas. Memberikan rasa pemupukan rasa percaya diri dalam
melalui strategi dalam pelatihan jasmani sehingga membentuk pribadi
yang mandiri dan mampu mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang
berguna bagi ilmu pengetahuan. Kegiatan ke-jasmani-an juga sebagai
pengisi waktu luang yang bersifat positif dan kreatif, karena setiap
kegitannya memiliki ragam kreatifitas yang positif bagi pembentukan
kepribadian.
Watak
disiplin juga ditekankan dalam pelaksanaan pendidikan jasmani,
kedisiplinan dalam pelaksanaannya seperti ketepatan waktu yang digunakan
saat pelaksanaan kegiatan tersebut. Dengan disipin, pola hidup
seseorang akan berubah, individu tersebut dituntut untuk ketepatannya
dalam melalakukan kegiatan dalam segala bidang sehingga menjadikan pola
kehidupan intelek yang ideal. Menjadikan pola hidup yang sehat melalui
berbagai aktivitas jasmani dan olahraga.sumber: http://hillmerlinda.blogspot.com/2011/10/peranan-pendidikan-jasmani-dalam.html
Jumat, 02 November 2012
Gaya Mengajar Guru Pendidikan Jasmani
Kebosanan
biasanya terjadi bila seseorang mengalami peristiwa yang sama secara berulang,
terus dan rutin. Kecenderungan kita adalah adanya suatu perubahan dari yang
telah telah ada, dan kita menginginkan adanya variasi dalam kehidupan.
Kebosanan
juga merupakan masalah besar di sekolah. Sebagian besar guru dalam mengajar
selalu berdiri di depan anak didik dan berbicara dengan monoton mulai awal sampai akhir pelajaran. Dalam
keadaan seperti ini sulit untuk mempertahankan perhatian murid, sehingga waktu
yang terpakai tidak bermanfaat bagi guru dan murid.Murid juga menginginkan
adanya variasi dalam proses belajar, sehingga belajar itu sendiri lebih menarik
dan lebih hidup. Dengan demikian, siswa lebih dapat memusatkan perhatian
mereka.
Variasi
dalam kegiatan belajar mengajar, dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam
mengajar, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu variasi dalam
gaya mengajar, variasi dalam penggunaan alat atau media pengajaran, dan variasi
dalam pola interaksi. Keterampilan mengajar dengan melakukan variasi telah
dikenal dan dianggap sebagai keterampilan yang sangat penting dikuasai oleh
seorang guru. Dalam pelaksanaannya, komponen-komponen melakukan variasi ini
membuat aspek-aspek keterampilan lainnya seperti variasi dalam memberikan
penguatan (reinforcement), variasi dalam mengajukan pertanyaan , variasi
dalam permainan olahraga dan sebagainya.
Seperti
yang disebutkan di atas, ada tiga komponen keterampilan mengadakan variasi yang
salah satunya adalah variasi dalam gaya mengajar dan berikut ini akan
dibicarakan lebih lanjut.Variasi dalam gaya mengajar guru berguna untuk menarik
dan memperhatikan minat dan semangat siswa dalam belajar. Variasi ini meliputi
variasi suara, pemusatan perhatian, variasi gerakan anggota badan dan variasi dalam
pemilihan permainan olahraga.
Dari
siswa, variasi dilihatnya sebagai sesuatu yang menarik dan memiliki relevansi
dengan hasil belajar.Variasi gaya mengajar guru, akan mempertinggi komunikasi
antara guru dengan siswa. Biasanya variasi semacam ini muncul di antara
komponen-komponen sebagai berikut:
a.
Penggunaan Variasi Suara
Yang termasuk dalam pengertian suara
ini adalah kekuatan atau kekerasan, lagu bicara (intonasi), tekanan bicara dan
kelancaran bicara.Dalam menyajikan pokok penting biasanya guru memberi
tekanan pada kata-kata tertentu, atau juga dalam diucapkan dengan lambat
sehingga dapat diikuti dengan jelas sekali.
Suara yang terlalu keras atau
terlalu lemah akan memberikan hasil belajar yang buruk. Suara yang terlalu
keras justru sulit untuk ditangkap isi pembicaraannya. Di samping itu kesan
yang diterima siswa adalah gurunya seorang yang kejam. Suasana belajar yang
demikian akan mengganggu proses belajar mengajar.
Lagu bicara mempunyai pengaruh pula
pada daya tangkap siswa terhadap pembicaraan guru. Lagu bicara mempunyai
pengaruh pula pada daya tangkap siswa terhadap pembicaraan guru. Lagu bicara
yang datar (monoton) dan lugu bicara yang naik turun tetapi tersendat-sendat
akan membosankan siswa. Tekanan bicara hendaknya diberikan pada hal-hal yang
penting misalnya dalam menyebutkan definisi istilah, nama, dan kata-kata asing
dengan ucapan pelan dan jelas. Kalau dirasa perlu ucapannya dapat diulang baik
oleh guru atau siswa. Kelancaran berbicara patut pula diperhatikan karena
mempunyai pengaruh yang besar pada daya tangkap siswa. Cara bicara yang gagap
atau terbata-bata, sulit ditangkap maksudnya.
b.
Pemusatan Perhatian (Focusing)
Memusatkan perhatian pada hal yang
penting, dapat dilakukan guru dengan perkataan, misalnya perhatian baik-baik,
ini yang penting, perlu digaris bawahi, dan lain sebagainya. Penekanan seperti
itu biasanya di kombinasikan dengan gerakan anggota badan.
c.
Kesenyapan atau Pemberian Waktu (Pausing)
Adanya kesenyapan yang disengaja
pada saat guru menerangkan, merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian
siswa.Didalam mengajukan pertanyaan guru menggunakan “waktu tunggu” atau
kesenyapan untuk memberikan kesempatan siswa untuk berfikir utamanya pada
pertanyaan yang memerlukan waktu berfikir yang dalam.
d.
Mengadakan Kontak Pandang
Yang dimaksud dengan kontak pandang
disini adalah hubungan batin antara guru dan siswa dalam kaitannya dengan
materi yang sedang dibahas bersama. Pada saat mengajar, pandangan guru memperhatikan murid untuk
menunjukkan adanya hubungan. Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi yang penting dan dapat juga untuk mengetahui perhatian dan pemahaman
siswa.
Pandangan guru kadang keluar dari perhatian
terhadap siswa, misalnya : melihat pada sekelompok siswa saja, dan lain
sebagainya. Hal-hal diatas hendaknya di hindari oleh guru pada saat
mengajar agar situasi dapat terkendali dengan baik.
e.
Gerakan Badan dan Mimik
Gerak dari anggota badan dalam
memberikan pelajaran sangat besar peranannya untuk memperjelas hal-hal yang
penting. Siswa akan lebih jelas dalam memahami pelajaran. Disamping melalui
pendengaran juga disertai pengamatan melalui mata. Untuk
menjelaskan suatu gerakan olahraga tertentu sebaiknya guru mencontohkan, jadi
disamping menguraikan penjelasan melalui vocal tetapi juga melalui contoh
secara langsung.
f. Variasi
dalam pemilihan permainan olahraga
Olahraga
merupakan satu-satunya pelajaran yang menuntut siswa bergerak aktif. Tetapi
monoton pemilihan permainan juga dapat menurunkan antusias siswa dalam
mengikuti pelajaran. Semua cabang olahraga dapat dibuat suatu permainan dan
dapat juga dimodifikasi , untuk mendapat perhatian dari siswa dan mempermudah
penyampaian materi. Pengajaran penjas sekarang ini telah marak diterapkan
adanya TGFU (Teaching Game For Understanding). Memberikan pengajaran pada siswa
mengenai suatu cabang olahraga melalui suatu permainan agar materi pelajaran
dapat tersampaikan dengan baik dan disamping itu meninggalkan kesan yang
positif bagi peserta didik.
Sumber:
Sardiman, A.M. 1990. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Rajawali Pers:Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)